Karma dibedakan atas karma baik (kusalakarma) yang berakibat baik, dan karma buruk (akusalakarma) yang akan berakibat buruk, karma baik maupun karma buruk akan menimbulkan akibat, karma yang bukan baik dan bukan buruk tidak berakibat atau yang sering diartikan sebagai ahosi karma. Karma baik atau buruk terbagi - bagi lagi menurut penggolongan waktu, kekuatan dan fungsinya. Setiap karma memiliki waktu tertentu untuk matang, ada yang menghasilkan buah lebih cepat, ada yang lambat. Ada bermacam - macam karma yang akibatnya akan berhubungan lebih dari satu kehidupan. Ada karma yang mencegah munculnya akibat dari suatu karma tertentu. Mekanisme bermacam - macam karma memungkinkan pengakhiran karma.
Pengakhiran karma ini menunjukan adanya pembebasan, namun bukan berarti penghapusan atau sering disebut sebagai pengampunan. Dalam pemikiran Buddha tidak dikenal istilah pengampunan, yang sering digunakan adalah sejauh mana karma baik maupun buruk yang telah diperbuah dalam kehidupan nyata. Bila mana kecenderungannya adalah karma baik, atau karma baik lebih mendominasi dalam kehidupannya, maka karma buruknya terkesan tidak menimbulkan akibat. Untuk memberi gambaran yang lebih mudah dapat diilustrasikan sebagai berikut: Satu sendok garam dicampur dengan segelas air akan lebih terasa asin, namun bila satu sendok garam dicampur dengan satu drum air maka rasa asinnya akan berkurang bahkan mungkin tidak terasa asin. Buddha juga telah mengemukakan sejumlah perumpamaan misalnya: Andai garam dimasukan kedalam semangkuk kecil air maka air yang tidak seberapa banyaknya itu menjadi asin dan tak terminum. Namun bilamana garam itu dimasukan kedalam sungai gangga, akankah air sungai itu menjadi asin sehingga tak dapat diminum? Perumpamaan-perumpamaan seperti itu sering disampaikan oleh Buddha agar lebih mudah dimengerti oleh para pengikutnya